TAHLILAN: Zikir, Silaturahmi, Sedekah
Kalo pernah tinggal di Jawa (baca: Jateng, Jatim wkwk), apalagi kalo tinggal di desa, pasti sering banget nemu acara tahlilan. Acara ini merupakan budaya yang sangat subur tumbuh di tanah Jawa.
Asal muasalnya gak lepas dari peran walisongo di zaman dahulu. Dahulu, para wali di Jawa memang sering memodifikasi budaya nenek moyang sehingga lebih “Islami”. Termasuk tahlilan ini.
Tahlilan merupakan serangkaian kegiatan zikir dan doa untuk memohon rahmat kepada Allah SWT. Menekankan pada kegiatan zikir dan doa bersama, tahlilan ini memang lebih sering dilaksanakan oleh ormas NU di desa-desa. Memang sempat ada kontroversi tentang tahlilan ini karena dianggap bidah dan tidak pernah diajarkan di zaman Rasulullah saw., dsb. Tapi sekarang bukan mau bahas itu wkwk.
Susunan acara tahlilan bermacam-macam. Kalo di daerahku sendiri, susunan acara utamanya gini:
1) open gate
Kegiatan bersalaman dengan orang yang sudah berada di tempat shohibul hajat. Di sini, jadi ajang silaturahim buat para tamu. Orang yang sehari-harinya nggak bertemu, bisa ketemu di acara ini.
2) tea break
Mirip coffe break kalo di acara resmi di kota-kota, cuma ini bukan pake kopi, pakenya teh manis. Tamu dihidangkan teh manis dan pacitan (makanan ringan), bukan pacitan tempat kelahiran mantan presiden SBY yoi. Pacitan ini terdiri dari aneka jajanan pasar yang dihidangkan dengan cara ditaro di piring atau dibungkus menggunakan plastik.
3) Al-fatihah
Masuk ke acara inti, diisi dengan pembacaan al-fatihah yang dipimpin oleh seorang kyai. Istilah di sini, ngirim. Selain surah al-fatihah yang dibaca, dibaca juga 2:1–5, 2:163, 2:255–257, 2:284–286. Berharap, bacaan al-fatihah dan doa-doa yang dipanjatkan, bisa meringankan sanak saudara yang sudah di alam kubur.
4) Zikir-zikir
Pembacaan tahlil yang dipimpin oleh kyai. Standarnya diisi zikir ini. Di beberapa daerah ada yang menambahkan bacaan tasbih dan tahmid.
5) Doa dan sholawat
Berisi doa-doa untuk keselamatan semua dan kelancaran kegiatan yang akan dilakukan. Di akhir doa, setelah mengaminkan semua doa yang telah dipanjatkan, dilanjut dengan sholawatan bersama.
6) Mberkat
Pembagian sego berkat (makanan berat, aka nasi box atau ceting). Shohibul hajat membagikan makanan sebagai wujud rasa syukur, sedekah, dan ucapan terima kasih kepada para tamu yang telah hadir. Isinya sego berkat macem-macem tergantung kemampuan tuan rumah dan kebiasaan masyarakat sekitar, bisa tonton aja di youtube dengan keyword “unboxing sego berkat”.
Panjang juga yak acaranya wkwk. Semua rangkaian itu bisa selesai dalam waktu 30–60 menit.
Masyarakat biasanya mengadakan tahlilan karena beberapa faktor. Bisa karena ada saudara meninggal, mau melaksanakan hajat tertentu seperti nikahan, berangkat haji, sunatan, orang hamil, bayi lahir, dsb. Intinya sih, kalo warga sini bilang, kalo ada sesuatu yang perlu disyukuri dengan bersedekah (karena ada sego berkat tadi wkwk) lebih, ya ngelaksanain tahlilan.
Jenis-jenis tahlilan pun bermacam-macam, ada tahlilan itu sendiri yang standar, terus ada
1) Mantu (Nikahan)
2) Ngupati (hamil 4 bulan)
3) Keba (hamil 7 bulan)
4) Srakalan (aqiqah dan pemberian nama di hari ke-7 kelahiran)
5) Nyepiti (sunat bagi laki-laki)
6) Mitoni (7 hari orang meninggal dunia)
7) Matang Puluh (40 hari orang meninggal dunia)
8) Nyewu (1000 hari orang meninggal duni)
9) Mbatur (peletakan batu pertama pembangunan pondasi rumah)
10) Yasinan (tahlilan rutin setiap malam Jumat)
11) dll.
Isi dari semua acara tersebut pasti ada tahlilannya. Tinggal tambahan beberapa acara aja sesuai jenis tahlilannya. Misal kalo ngupati ditambah pembacaan surah Maryam dan surah Yusuf, srakalan ditambah pembacaan sholawat al-barzanji, yasinan ditambah pembacaan surah Yasin, dsb.
Waktu pelaksanaan tahlilan berbeda-beda. Di beberapa daerah ada yang dilaksanakan setelah salat zuhur, setelah salat ashar, setelah salat maghrib, setelah salat isya, atau di pagi hari sebelum orang berangkat kerja. Waktu ini ditentukan berdasarkan kebiasaan kerja warga dan juga pada saat kapan banyak warga yang memiliki waktu luang. Jadi, kegiatannya pun tidak mengganggu aktivitas warga.
Owh iya, tahlilan ini bukan merupakan budaya yang wajib dilakukan buat orang yang tinggal di Jawa. Kalo mampu dan memang mau ngadain aja.
Sesuatu yang menarik adalah budaya sedekah orang Jawa tuh tinggi-tinggi. Baik itu kalangan bawah atau atas, kalo di sini sedang ada sesuatu yang sesuai faktor penyebab adanya tahlilan tadi, pasti diusahakan untuk melaksanakan tahlilan.
Saking tingginya antusiasme dan seringnya orang Jawa ngadain tahlilan, pernah suatu hari, di sini ada kegiatan tahlilan 4 kali dalam sehari. Di pagi hari, setelah salat ashar, setelah salat maghrib, dan setelah salat isya.
Padahal, untuk membuat acara ini, paling minim banget keluar budget sekitar 300 ribu buat bikin sego berkat. Sepelit-pelitnya orang Jawa, minimal dalam seumur hidupnya, pasti pernah ngelakuin sedekah lewat kegiatan tahlilan ini.
Tahlilan bisa ngrekatin hubungan para tetangga. Tetangga yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya, melalui tahlilan, mereka bisa saling bertemu dan minimal ngobrol pas makan pacitan wkwk.
Seringkali, ada juga orang yang bisa dapet pekerjaan melalui tahlilan ini. Dari silaturahim tadi, ngobrol, cerita, terus ada yang nginfoin tentang suatu pekerjaan, deal, dapetlah.
Selain itu, karena di tahlilan ini, biasanya makananya dimasak secara ramai-ramai, kegiatan masak juga bisa jadi ajang buat silaturahim. Baik itu sama tetangga maupun sama saudara jauh yang udah lama nggak ketemu. Budaya pesen makanannya di catering ya baru-baru aja wkwk.
Itu aja tentang tahlilan. Penjelasan lebih lengkapnya tentang detail dari tiap acara atau dari tiap jenis tahlilannya, bisa cari sendiri di internet.